Latest Posts

An Education

By 9:50 am

kata orang kejarlah pendidikan hingga ke negeri cina. kalau saya lebih memilih kejarlah pendidikan hingga ke titik darah penghabisan. tapi, di negeri ini slogannya lain lagi, "kejarlah daku (pendidikan), tak punya uang? kau tak akan kutangkap" makanya, enggak heran kalo akhirnya mayoritas masyarakat di sini ngos-ngosan ngejar pendidikan yang songongnya ngalah-ngalahin Cleopatra -jual mahalnya enggak kira-kira.

tadi saya ngobrol-ngobrol ama emang angkot. sebuah kebiasaan yang suka saya jalani kalau lagi bosen di angkot. tekniknya gampang, duduk di sebelah supir dan the art of basa-basi. sebetulnya saya bukan orang yang ahli basa-basi tetapi sebagai lulusan fikom setidaknya saya tahu tips n triknya.

mulailah cuapcuap asoy saya dengan si emang. doi cerita kalo waktu doi SMP, uang saku doi perminggu itu 1000 rupiah (gue harus bilang WOW!) dan uang segitu cukup untuk biaya seminggu (makan, ongkos jalan, dll) itu sekitar tahun 80-an (Orde Baru masih sangat jaya dan dosa-nya belum ketauan). jangan dibandingkan dengan sekarang karena memang kondisi ekonomi baik secara nasional dan global sudah sangat berbeda (eropa dan amerika aja krisis -apalagih kitah!!)

uang 1000 perak sekarang malah jadi 'aib' tersendiri dan itu dialami oleh teman saya ketika ia membayar angkot dengan uang aib tersebut. si emang dengan santai berkata, "ya ampun neng, hari gini masih ada uang 1000?" seketika hati teman saya itu terkoyak.

tetapi, yang menakjubkan dari cerita emang ini adalah ia mampu menyekolahkan anaknya hingga SMA. modalnya hanya dengan menjadi supir angkot. dia bilang anaknya mau lanjut kuliah dan itu membuatnya bahagia sekaligus ketar-ketir -darimana uangnya? belum lagi anaknya yang lain juga masih SMP. "Hormatin orangtua. jangan nyusahin mereka. soalnya mereka yang banting tulang cari uang," itu pesen si emang.

cerita belum berhenti di situ, si emang kemudian cerita tentang teman SMP-nya yang 'lebih tidak beruntung' dari doi. temennya itu seminggu cuma dikasih 500 perak. bapaknya penjaga sekolah, tetapi karena dia pinter, dia lanjut sekolah sampe kuliah. entah bagaimana, tetapi kata si emang temennya itu sempet jadi tukang bersih-bersih masjid. "sekarang dia dosen di UI dan istrinya dosen UPI" WOW just WOW!

kemudian saya berpikir, selain nasib, perbedaan si emang dan temennya adalah sebuah kemauan untuk terus belajar. si emang yang akhirnya memutuskan untuk berhenti sekolah di SMP dan setelahnya memutuskan untuk menjadi supir (baik angkot maupun truk batubara di kalimantan), bisa aja jadi kayak temennya, jadi dosen atau profesi mentereng lain. tetapi ia memilih yang lain. pilihan hidup yang lain. apakah salah? enggak karena ia juga menjadi orang hebat yang bisa menyekolahkan anaknya lebih dari dia. ia pulang malam banting tulang demi menyekolahkan anaknya.

hal lainnya adalah betapa sebuah kemauan untuk terus belajar akan membawa seseorang ke tempat yang sama sekali di luar dugaan.

di akhir pembicaraan si emang bilang, "kalau kerja cuma pake otot mah enggak banyak hasilnya. kalau pake otak baru banyak," intinya doi mengatakan jangan berhenti belajar. "hargai orangtua dan orang kecil," kata doi lagi, "kalau masih mampu, jangan berhenti belajar," belajar enggak cuma di bangku formal tetapi di mana aja. belajar jurnalistik (seperti saya) memang enggak akan berpenghasilan banyak (mana ada wartawan yang tajir) tetapi buat saya di sana saya belajar untuk memiliki mental baja, kritis, dan peduli akan kemanusiaan.

pesan "kalau masih mampu jangan berhenti belajar" ini juga saya dapati dari seorang bapak-bapak yang ternyata pegawai Kemendiknas (yang saya 'cuap-cuap'-in waktu lagi gladi resik wisudaan). juga saya dapat dari bapak-bapak penjaga kolam renang (yang sekali lagi saya 'cuap-cuap'-in waktu mau beli tiket kolam renang)

pendidikan yang tinggi memang tidak menjamin seseorang jadi 'orang', tetapi kemauan untuk terus belajar (dimanapun kapanpun) bisa membuat seseorang menjadi 'orang super'. belajar bukan hanya untuk uang yang banyak, tetapi kebaikan. sebaik-baiknya orang adalah yang berguna untuk orang lain, to'?

si emang kemudian menyalakan sebatang rokok dan melaju bersama angkot yang menjadi 'sekolah'-nya selama ini. 'sekolah' yang menghasilkan uang untuk anaknya agar mendapat pendidikan yang lebih baik.

dia sendiri mungkin tidak sadar kalau dia adalah 'sebuah pendidikan'. bagi saya. bagi kamu. terutama bagi pendidikan negeri ini yang seperti Cleopatra itu.





You Might Also Like

0 comments