Latest Posts

Meet the UNKL: Dendy Darman

By 11:42 am

Lagi-lagi, ini sebetulnya tugas kuliah yang tak sempat terbit (lebih tepatnya tidak memiliki kesempatan untuk terbit di media). kalo enggak salah sih tahun 2009 ya. saya pribadi sangat terinspirasi dengan "paman" satu ini karena dia adalah contoh ideal bahwa love your job and you dont have to work for the rest of your life. saya inget banget hari itu dengan detail, selain karena om Dendy ini orangnya asyik, eh, sang Store Manager-nya oke punya hahahaha. you know tall, bald, long lean fingers, and addictive voice tone. oke. enough.




Sosoknya tersembunyi dibalik nama besar bisnis clothing sukses, Unkl 347. Ia adalah satu dari 4 orang pendiri Unkl347 (dulunya Eat/347). Lelaki bernama lengkap Dendy Darman (34) ini atau yang lebih akrab dengan Uncle d seperti memiliki tulisan ‘rendah hati’ di keningnya karena dari apa yang saya tangkap selama pembicaraan ini adalah sosok yang rendah hati.

Ditemui di kantor Unkl347 di Jl. Baranangsiang, di antara jadwal meeting-nya yang mepet, saya berhasil bertemu pria yang katanya sejak dulu tidak pernah ganti nomor handphone ini. Saya menunggu di lantai dua sebuah kantor kecil yang mayoritas berisikan berisikan laki-laki. Dari balik pintu kaca saya dapat melihat sosok Dendy Darman yang menyempatkan dirinya untuk tersenyum ke arah saya. Dengan memakai kaos bewarna hitam serta celana pendek selutut, ia mendatangi dan menjabat tangan saya. Disertai bunyi langkah kaki orang yang menaik-turuni tangga serta beberapa buah gelas dan piring yang belum dicuci di bak cucian di belakang saya –yang semakin memperjelas bahwa penghuni tempat itu mayoritas adalah laki-laki, kami pun memulai pembicaraan kami. Berikut kutipan wawancaranya

Ini dia sang unkl Dendy Darman (imgae source) sebetulnya ada sih foto waktu di tkp tapi hasilnya jelek, maklum masih amatiran


Ia tampak bersemangat saat saya menanyakan mengenai menjamurnya clothing di Bandung, yang menurutnya bagus tetapi harus disertai maintain yang bagus pula. Ia juga dengan tegas mengatakan sangat tidak tertarik untuk bekerja di perusahaan besar dan lebih memilih membangun bisnis clothing. Dan di akhir wawancara, saat saya mengaku pernah mencoba mendaftar Fakultas Seni Rupa namun tidak diterima, ia mengatakan sebetulnya tidak mengerti pasti apa yang selama ini ia pelajari di fakultas tersebut. Yang ia sebut, “Ih, ini apaan, sih?!” namun fakultas tersebut sangat bagus dalam pembentukan pola pikir mahasiswanya. Yang dengan wajah berbinar mengatakan kalau, “Gue adalah orang yang punya ribuan hari bahagia.”


Kenapa memilih jurusan seni rupa, khususnya seni grafis?
Karena tertarik saja. Dari dulu saya tertarik sama grafis 2 dimensi gitu. Visual-visual yang 2 dimensi.

Apa sejak dulu ingin jadi seniman?
Nggak. Sayaa …cuma apa yah? Kayak alami saja semuanya. Tiba-tiba saya tertarik grafis terus sekolah di situ, terus akhirnya punya pekerjaan yang berhubungan dengan grafis.

Apa cita-cita Anda sewaktu kecil dulu?
Nggak ada, hehehe.

Hobi apa yang dari kecil hingga kini Anda masih lakukan? 
Eeee..sebetulnya saya hobi eeee ngoleksi benda-benda mungkin. Ngoleksi benda-benda yang saya suka.

Mengapa pada akhirnya memilih bisnis clothing?
Karena ini yang paling compatible sama gaya hidup saya, sama kehidupan sehari-hari saya. Saya kan suka selancar. Kalau peselancar kan kalau kita lagi pengen lama di pantai kan nggak bisa balik ke Bandung dengan rutinitas yang pasti. Kayak, kita kalau di Bandung kita kerja, kalau lagi surfing ya kita nggak kerja.

Adakah hal/kejadian di masa kecil yang mempengaruhi bisnis yang Anda jalankan sekarang?
Yang apa yah? Sebenernya eee…nggak ada sih cuma dulu gue eee… mungkin kayak lingkungan dulu. Bapak saya kan ABRI. Jadi lingkungan gue dulu tuh lingkungan yang tertib. Yah sangat pengaruh buat sekarang. Baru sekarang saya nikamati hal-hal yang nggak teratur. Waktu gue kecil tuh beda banget sama sekarang. Sebetulnya sekarang justru saya bekerja di tempat yang sangat tidak tertib.

Prestasi apa yang paling membanggakan di masa kecil Anda?
Juara berenang.

Oh ya? Gaya apa?
Juara pertama gayaaaa …gayaaaa kupu-kupu hahaha.

Siapakah orang yang menginspirasi Anda untuk memulai bisnis clothing ini?
Eee.. kalau orang sih mungkin nggak ada tapi kalau lingkungan, iya. Dulu lingkungan kita tuh lingkungan-lingkungan yang sangat independent. Gue deket sama band-band independent. Pokonya komunitas itu lah. Banyak menginsipirasi.

Siapa orang yang paling mendukung pekerjaan Anda sekarang ini?
Eee..semua teman-teman saya, sih. Keluarga saya, istri saya, anak saya. Mereka tidak berharap pekerjaan yang pasti gitu dari saya. Aduh gue kayak maen-maen gini ..”
(seraya pergi meninggalkan saya tiba-tiba lalu kembali dengan handphone di tangannya)

Apakah pernah atau ada orang-orang di sekitar Anda yang tidak menyetujui atau meragukan pilihan Anda untuk melakukan bisnis ini?
Pasti. Pasti ada lah. Kayak temen-temen kuliah dulu. Dulu ni waktu saya kuliah. Kayaknya orang-orang beramai-ramai untuk bekerja di Jakarta, di adverstising terkenal gitu. Dan kayaknya ah nggak mungkin gitu bisnis ini, kayak nggak mungkin gitu. Ya, kayak gitu lah! Kebanyakan temen-temen gue dulu akhirnya bekerja di advertising.

Anda sendiri tidak tertarik bekerja di perusahaan besar?
Sangat tidak tertarik. Karena yaa dulu …kebetulan saya bertemu partner-partner saya yang sekarang memang orientasinya (pekerjaan) bukan uang. Jadi cuma tribute hari-hari bahagia gitu, hahaha. Dan akhirnya karena kita senang, kita melakukan hal yang bagus dan diterima banyak orang. Dan sekarang kita masih senang melakukan ini. Bukan karena paksaan.

Siapa tokoh yang menginspirasi Anda?
Banyak juga sih sebetulnya. Pastinya tokoh-tokoh avant-garde di dunia seni dan arsitektur gitu lah.

Bisa sebutkan satu nama?
Mungkin yang kalau di seni yang agak avant-garde pada zamannya Dadaism gitu. Mungkin yang paling populer tokoh popart Andy Warhol gitu.

Selain unkl347, Anda juga mendirikan majalah RIPPLE, mengapa memilih bisnis di bidang media juga?
Karena waktu itu kita butuh promosi, butuh media. Pastilah produk butuh media, tetapi belum nemuin media yang cocok. Pada masa itu kita kan belum mampu buat pasang iklan di media-media mainstream. Jadi ya itu dengan semangat independent bikin majalah.

Bagaimana ceritanya hingga majalah ini bisa lahir?
Yaa gitu, karena kita selalu ada kebutuhan dulu baru kita survive. Itu sebebetulnya hasil surveyor kita. Aduh gimana ya bikin majalah yang keren. Jadi bikin iklan di situ.

Saya dengar Anda juga mendirikan perusahaan rekaman indie yang melahirkan grup band The Milo, kalau dengan perusahaan ini bagaimana ceritanya?
Jadi sebenernya itu kontribusi dan apresiasi kita sama band-band underground. Gue juga terinspirasi sama mereka. Kita juga berkembang seiring dengan perkembangan mereka. Jadi gue juga harus kontribusi dong sama mereka. Jadi kita me-founding untuk membuat rekaman band-band yang belum pernah rekaman terus dirilis. Tapi kalau mereka sudah terkenal, mereka rilis sama orang lain. Kita cuma pengen memperkenalkan, kalau mereka sudah terkenal. Udah deh lo mending sama yang gede aja, yang serius! Jadi sebetulnya rekaman ini nggak serius. Kayak “Eh kayaknya lu bagus deh, sini gua rilisin.” Nah ketika dirilis kan orang banyak yang dengar, banyak yang interest ya mereka cari sendiri bapak asuhnya. Diadopsi sama Sony atau apa gitu.

Jadi tidak independent sepenuhnya ya. Anda juga setuju dengan major lable.
Oh, harus! Jadi ketika orang sudah banyak yang interest kenapa nggak? Toh major lable itu nggak merubah musiknya gitu. Cuma distribusinya yang lebih besar. Apa salahnya gitu?

Apa proyek terbaru yang sedang Anda kerjakan saat ini?
Sekarang lagi mau bikin buku.

Buku apa?
Buku tentang unkl347. Nanti lu beli, yah! Nanti launching tanggal 27 di Bandung. Tebalnya 300 halaman judulnya “After Ten Years They Called Us Uncle”.

Strategi bisnis apa yang Anda jalankan hingga unkl347 bisa sesuskses ini?
Nggak ada. Cuma mulut ke mulut. Nawarin ke temen, temen support, bawa temen lagi. Kayak multilevel marketing gitu.

Sampai sekarang masih seperti itu?
Attitude-nya masih seperti itu tapi sudah dibantu oleh manajemen yang lebih profesional.

Sekarang kan krisis global sedang melanda, bagaimana dampaknya pada bisnis yang Anda jalankan?
Sebenernya sih bukan kurang berdampak ya jadi pasti ada dampaknya tapi kita berusaha meng-cover dampak itu. Dari tahun lalu tuh kita sudah berjaga-jaga untuk 2 tahun agar kalaupun ada apa-apa bisa lah harga tahun ini tetap stabil.

Tidak ada sampai pengurangan pegawai?
Oh nggak. Alhamdulillah. Soalnya kita juga kan kecil (unkel347). Kita kan industrinya nggak besar. Jadi dampaknya kurang lah.

Sekarang kan distro sudah menjamur di Bandung, bagaimana pendapat Anda mengenai hal ini?
Buat gue sih bagus yah. Yang tadinya satu jadi rame, otomatis yang tadinya cuma sub-cultured jadi counter-cultured karena lebih besar. Kasarnya lah FO (Factory Outlet) yang tadinya nggak punya saingan, jadi punya saingan. Yah sebenarnya sih bagus selama itu masih di-maintain dengan bagus kayak semakin menjamurnya clothing itu tetapi semakin menjamur juga desain-desain bagus. Yang jeleknya menurut saya kalau menjamur banyak tapi desainya nggak ada yang inovasi cuma yah asal jualan doang. Gue sih lebih appreciate sama yang bukan yang besar tapi mereka mulai kayak kita, mereka bikin apa yang mereka suka, bukan apa yang pasar suka. Kan ada juga yang sekarang, kayak The 18th Park gitu, langsung besar. Kalau itu kesannya kan jadi bisnis banget. Kasihan kan clothing yang kecil-kecil yang sebenernya mereka dari segi desain bagus tapi financial-nya nggak bisa bersaing.

Apa planning Anda selanjutnya?
Sebenarnya sih sekarang (unkl347) lebih ke arah proyek home design. Kayak bikin interior. Yang lebih dewasa lah kan pas dengan uncle itu sendiri. Sekarang kita kan lebih sering di rumah, sama keluarga. Desain-nya udah pengen yang ke arah sana.

Dengar-dengar  juga akan meluncurkan baby clothing?
Iya, kalau udah jadi home (home design), kita mau ke arah sana. Kan lagian desainer-desainer kita sudah pada nikah, sudah punya anak. Hasratnya sudah berubah. Kita bekerja sesuai hasrat kan. Nggak maksa gitu kayak sok-sok anak muda padahal sudah tua.

Anda ingin dikenang di Indonesia khususnya Bandung, orang yang seperti apa?
Yaa jangan dari bisnis yang saya lakukanlah. Pengennya sih nggak sebagai businessman yaaa kalau diluar negeri kayak Andy Warhol. Dia berkarya terus sampai tua. Kayak begini lah…kayak harusnya gue udah di bisnis ini tapi gua masih ikut ngecat-ngecat. Kayak kalau 347 membesar nantinya, gue nggak ikut sok-sok besar juga. Gue pengen tetap jadi orang yang gue senangin. Seperti kantor ini kan (kantor unkl347) khusus bagian orang-orang kreatifnya nah gue pengen berada di sini terus, nggak ikutin bisnisnya.

Anda mendeskripsikan diri Anda seperti apa? Terlepas dari bisnis ini.
Gue adalah orang yang punya ribuan hari-hari bahagia mungkin. Karena sampai sekarang Alhamdulillah semua yang gue mimpiin tercapai. Kayak gue pengen bikin exhibisi di sini di sini, gue bisa. Bikin pameran karya seni sendiri di sini di sini, gue bisa. Bisnis ini hanya salah satu media saja. Sampai sekarang saya masih main surfing. Gue mungkin pengen menghabiskan waktu di pantai selama 5 tahun gitu.

Membangun rumah pantai?
Ya. Maen surfing, hidup sehat hehehe.

You Might Also Like

2 comments

  1. aku suka saama tulisanya, terimakasih
    dari dulu juga selalu pengen tau tentang unkl347 design dan kreativitasnya selalu jadi refrensi buat saya thankyou buat yang sudah menulis blog ini

    ReplyDelete
  2. Kalau mau buat sticker unkl347 bisa ga? Brp om?

    ReplyDelete