Latest Posts

Indonesia Berguncang Sampai Mati

By 11:29 am

seorang wartawan pernah mengatakan pada saya bahwa ada 'alasan besar' kenapa radio-radio anak muda berisikan hal-hal yang menyenangkan (pada detik ini saya menyelaraskannya dengan Katy Perry, Lady Gaga, Bruno Mars, boyband palsu, dan haha-hihi para penyiar radio). ia melanjutkan, "bayangkan, kalau radio-radio itu berisikan pidato-pidato Bung Karno atau Hatta, atau bahkan Sjahrir? semua anak muda di negara ini akan 'susah diatur'"

"susah diatur". saya mengerti maksud dari kata itu. saya membayangkan segeromobolan aktivis muda yang berbondong-bondong 'mengguncang' para elite di Senayan sana. tragedi 1998 mungkin tidak ada apa-apanya. negara ini mungkin akan 'berguncang'. entah mau terguncang seperti apa lagi. Nazaruddin belum buka mulut saja sudah diancang-ancang akan 'berguncang' negeri ini -toh 'segelintir' fakta yang ia nyanyikan saja sudah membuat negara ini terguncang. toh, selama ini negara ini selalu berdiri di tengah guncangan.

dan ajaibnya, bertahan.

dosen filsafat komunikasi saya pernah bilang bahwa ada seorang filsuf yang mengatakan sebuah negara tidak akan bertahan jika rakyatnya berbeda-beda. filsuf itu tentu belum kenal negara saya. indonesia dengan bhineka tunggal ika-nya. mungkin, jika ia kemari, ia takjub. bukan, bukan takjub bagaimana negara ini bisa bertahan di tengan perbedaan. tetapi, bagaimana negara ini bertahan di tengah guncangan.

ya, guncangan.

begitu banyak rahasia. begitu banyak tangan-tangan nakal. korupsi sana. korupsi sini. comot sana. comot sini. kebaikan dibalas uang. kejahatan dibayar uang. semua dibayar. semua disawer.

sejarah sebuah negara memang tidak akan pernah lepas dari darah dan uang. selalu ada tangan-tangan kotor. selalu ada mayat yang disembunyikan dan dibuang. dari masa kerajaan hingga abad 21. formula-nya selalu sama.

hanya saja, yang lucunya dari negeri ini, ketika kotoran-kotoran itu jelas-jelas terlihat -mereka pura-pura tidak melihat. dan ketika kotoran lain mau ditunjukkan letaknya, sang pembantu keburu dipecat. bahkan sang pembersih pun ikut-ikutan menyembunyikan kotoran. sungguh ambigu.

kebenaran hanya satu. kebenaran pun subjektif. kebenaran pun tidak selamanya manis. tidak selamanya membawa kebaikan. tetapi, apakah harus ditutup dengan darah? haruskah satu, dua, atau berpuluh-puluh nyawa ditebar demi menutupi kebenaran?

apakah seputus asa itu hingga harus darah diperas? apakah harus ada nyawa yang melayang di udara demi menahan guncangan?

bukan kematian yang bisa menahan guncangan di negara ini. orang seperti Munir tidak satu atau dua. orang-orang ini tidak putus asa. tidak putus asa untuk menemukan jalan menghentikan 'gempa'. selalu ada orang-orang yang berjuang hingga akhir hari. mereka adalah orang-orang yang yakin bahwa kita belum pantas membantai atau bunuh diri.


You Might Also Like

2 comments

  1. asik sekaliii!
    hanya satu pertanyaan dari gw, apakah sekarang masih suka denger radio anak muda atau sudah berganti frekuensi ke RRI? ;)

    ReplyDelete
  2. ga ti, saya dengerin frekuensi AM
    hahaha

    ReplyDelete