Latest Posts

Misteri

By 12:41 pm

menjelang sehari sebelum pengumpulan kelengkapan data sidang skripsi-saya bertemu teman saya. bukan, bukan saya yang mau sidang, tetapi teman saya itu. ia tersenyum seperti biasa. membawa tas ransel besar seperti biasa. begitu saya tanya mengapa ia berada di sini (di kampus unpad jatinangor), ia bilang meminta tanda tangan PD 1. "buat?" tanya saya, "buat surat pernyataan mengenakan jilbab" jawabnya. saya cuma bisa ber-oooh dan hari itu kami habiskan menunggu bus damri di halte yang juga penuh dengan perempuan-perempuan berjilbab.

seiring bus damri mengantar saya kembali pulang -kepala saya tidak bisa berhenti memikirkan satu hal, "Mengapa surat pernyataan itu perlu?" bukankah mengenakan jilbab itu sendiri adalah sebuah pernyataan? ataukah memang perkara hijab alias jilbab adalah layaknya KTP yang harus dibuat hitam di atas putih? atau mungkin di negeri yang memiliki jumlah penganut Islam terbesar di dunia ini membutuhkan 'bukti konkret' akan identitas keyakinan rakyatnya? atau ini hanya bentuk 'diskriminasi' terselubung dari institusi-institusi pendidikan?

saya tak berniat untuk mengorek lebih dalam dari sisi birokrasi institusi (malas mendengar omong kosong -yeah) tetapi saya sebagai mahasiswi yang tidak berjilbab merasa hal tersebut adalah bentuk mini dari sebuah diskriminasi. perlakuan berbeda. kasarnya, "Saya membutuhkan izin tertulis atas apa yang saya pakai dan saya pilih untuk hidup saya" teman saya itu berjilbab dan ia butuh surat tersebut. saya tidak berjilbab dan saya tidak membutuhkannya. ia memilih mengenakan jilbab dan ia harus mendapat tanda tangan dari yang 'kuasa'. lucu.

hal ini mungkin hanya potret kecil dari sekian bentuk diskriminasi yang terjadi di negeri ini. terutama yang berhubungan dengan penampilan. negeri ini bhineka tunggal ika dan tidak mengenal kasus rasial seperti layaknya negara barat. kita terbiasa mengejek atas nama suku, warna kulit, dan bahasa -tetapi  kita TIDAK PERNAH menganggap itu sebagai hal berunsur SARA atau rasial. atau mungkin karena kita terbiasa dan kita bhineka tunggal ika maka kita terbiasa mentertawai dan bahkan menghina atas dasar SARA. kita tidak pernah menganggapnya sebagai sesuatu yang serius. perkara tersinggung adalah urusan pribadi bukan hukum.

saya jadi ingat kasus yang lagi ramai di Amerika. yaitu kasus seorang anak remaja kulit hitam bernama TREYVON MARTIN yang ditembak oleh polisi lokal karena 'mencurigakan'. mencurigakan karena APA YANG IA KENAKAN. ia mengenakan jaket hoodie pada malam hari dan sang polisi menyangka sang anak adalah penjahat. ia pun ditembak, mati. faktanya, remaja malang tersebut hanya baru pulang dari seven eleven untuk membeli permen dan soda. kasus ini menjadi serius karena sang polisi berkulit putih (yang kemudian dibebaskan) dan sang anak berkulit hitam. terlebih lagi alasan ia menjadi 'target' adalah penampilannya yang "khas" penjahat. ternyata, di Barat sana, seorang remaja kulit hitam yang mengenakan hoodie telah di-stereotipekan sebagai penjahat. hingga kini kasus ini masih berlanjut.

apa hubungan kasus ini dengan jilbab? saya temukan foto ini di link facebook teman saya yang tinggal di Amerika.


ya, memang ada kesalahan nama di situ.

tetapi gambar ini memberikan saya sebuah pemikiran bahwa PENAMPILAN BUKAN HAL YANG DANGKAL. seperti apa kata Oscar Wilde, misteri sebenarnya dari dunia ini adalah yang tampak, bukan yang tidak tampak.

dan untuk mengungkapnya, berbagai proses kemungkinan dapat terjadi. bisa saja itu berupa diskriminasi, kematian, atau sebuah surat pernyataan bertanda-tangan.

You Might Also Like

0 comments